MindMap Gallery Pemberontakan Darul Islam
Latar Belakang Tujuan Hasil Akhir
Edited at 2021-07-26 10:07:25Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
DI/TII Aceh
Latar Belakang
Pada tanggal 20 September 1953 telah terjadi pemberontakan DI/TII di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh.
Alasan mendasar yang menjadi latar belakang yaitu kekecewaan yangdirasakan oleh paratokoh pimpinan masyarakat di Aceh karena penurunan status Aceh dari Daerah Istimewa menjadi Keresidenan di bawah Sumatra Utara oleh Pemerintah Indonesia.
Tujuan
Mengembalikan otonomi Provinsi Aceh yang sebelumnya dihapus dan digabung dengan Provinsi Sumatra Utara.
Pemberontakan
Pada 21 September 1953, Daud mengeluarkan maklumat bahwa Aceh bergabung bersama NII di bawah Kartosuwirjo.
Dilaksanakan gerakan secara serentak untuk menguasai kota-kota di Aceh dan melakukan propaganda kepada rakyat Aceh untuk tidak mendukung Pemerintah Republik Indonesia.
Penumpasan
Pemerintah melakukan Operasi Militer dengan menyelenggarakan Operasi 17 Agustus dan Operasi Merdeka.
Hasil Akhir
Setelah melewati proses yang cukup panjang, permasalahan ini berakhir dengan jalur damai. Pemerintah Indonesia mengembalikan Aceh sebagai Daerah Istimewa dan diizinkan menerapkan syariat Islam.
DI/TII Sulawesi Selatan
Latar Belakang
Dipimpin oleh Kahar MUzakkar. Ia memimpin kelompok Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan melakukan berbagai kekacauan.
Pemberontakan ini didasari kekecewaan karena banyaknya anggota KGSS yang tidak diterima menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Tujuan
Membentuk negara Islam dan memperluas wilayah kekuasaan DI/TII di wilayah Sulawesi Selatan.
Pemberontakan
Pada pemberontakan pertama (1950-1952), Kahar Mazakkar dan kelompoknya menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya.
Pada tahap kedua (1953-1965), ideologi berubah menjadi ideologi Islam atau yang disebut sebagai Revolusi Islam.
Penumpasan
Sebagai tindak lanjut atas aksi pemberontakan yang dilakukan Kahar Muzakkar, pemerintah pusat langsung meningkatkan operasi militer ke Sulawesi Selatan. Sayangnya operasi militer ini membutuhkan waktu yang lama.
Hasil Akhir
Pada akhirnya, Februari 1965 Kahar Muzakkar ditembak mati. Hal ini sekaligus mengakhiri pemberontakan di Sulawesi Selatan.
DI/TII Jawa Tengah
Latar Belakang
Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah, Komandan Laskar Hizbullah di Tulangan dan Mojokerto.
Pemberontakan ini dilatarbelakangi kekecewaan terhadap hasil Persetujuan Renville yang memaksa TNI dan Laskar Perjuangan hijrah ke wilayah RI di Yogyakarta.
Pada 23 Agustus 1949, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Negara Islam Jawa Tengah sebagai bagian dari NII.
Tujuan
Mendirikan Negara Islam di Indonesia dan memperluasnya.
Pemberontakan
Pasukan Amir melakukan serangan terhadap pos-pos TNI yang mengakibatkan Komisaris Bambang Supeno gugur.
Di Desa Ciawi, Tasikmalaya, pertempuran antara pasukan Amir Fatah dengan TNI terjadi. Kejadian ini berlangsung pada pertengahan Desember 1950 dan pasukan Amir berhasil dikalahkan.
Penumpasan
Letnan Kolonel Ahmad Yani mulai mengambil sikap. Ia mengirim pasukan Benteng Raider yang berhasil melemahkan kekuatan tentara Amir Fatah hingga lari tunggang langgang ke Jawa Barat.
Ternyata Amir Fatah lolos dari tangkapan TNI. Baru pada 22 Desember 1950, ia dibekuk saat berada di Tasikmalaya.
Hasil Akhir
Amir Fatah dipenjara selama dua tahun, lalu dibebaskan.
DI/TII Jawa Barat
Latar Belakang
Penggagas berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) : Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo, tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
Terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dilandasi ketidakpuasan dari Kartosuwirjo terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kartosuwirjo menolak hasil Persetujuan Renville
Tujuan
Tujuan dibentuknya TII adalah untuk memerangi pasukan TNI agar bisa memisahkan diri dari negara.
Pemberontakan
Pada 25 Januari 1949, kontak senjata pertama kali terjadi dengan TNI ketika pasukan Divisi Siliwangi kembali dari Jawa Tengah ke Jawa Barat.
Kemudian terjadi perang segitiga di Jawa Barat antara TNI dengan Tentara Belanda.
Penumpasan
Salah satu cara untuk menangkap para pasukan DI/TII adalah dengan menurunkan pasukan Kodam Siliwangi dan menerapkan taktik 'Pagar Betis' untuk mengepung & mempersempit ruang gerak pasukan DI/TII.
Selain Pagar Betis, operasi lain yang juga dilakukan yaitu Operasi Brata Yudha. Operasi ini dibentuk untuk menemukan tempat persembunyian Kartosuwirjo.
Hasil Akhir
Setelah melalui perjalanan panjang untuk mencari Kartosuwirjo, dirinya berhasil dibekuk hidup-hidup oleh Letda Suhanda, pemimpin Kompi C Batalyon 328 Siliwangi yang pada akhirnya dieksekusi mati di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 5 September 1962.
Tertangkapnya Kartosuwirjo menjadi awal mula teratasinya pemberontakan DI/TII. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menyerah.